Model Pendidikan Agama Transformatif di Pondok Modern Darussalam Gontor
Oleh Dr. Samsul Hidayat, S.Ag, MA
Dosen Prodi Studi Agama-Agama IAIN Pontianak
Pendidikan agama di Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, terutama dalam konteks pesantren, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua dan paling berpengaruh di negara ini. Salah satu pesantren yang menonjol dalam konteks ini adalah Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Dikenal dengan pendekatan pendidikan yang berbeda dari pesantren tradisional, Gontor telah menjadi model penting dalam pendidikan agama yang tidak hanya berfokus pada aspek teologis tetapi juga pada pengembangan karakter dan kemampuan intelektual siswa.
Artikel "A Model of Transformative Religious Education: Teaching and Learning Islam in Pondok Modern Darussalam Gontor, Indonesia" (2024) oleh Jusubaidi, Tomas Lindgren, Anwar Mujahidin, dan Ahmad Choirul Rofiq mengkaji bagaimana PMDG telah mengimplementasikan sistem pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai tradisional Islam dengan pendekatan modern dan inklusif. Artikel ini menyoroti peran pendidikan di Gontor dalam mengatasi tantangan-tantangan kontemporer seperti radikalisme dan intoleransi melalui pendidikan karakter yang menekankan nilai-nilai inklusivitas, toleransi, dan kemandirian.
Tulisan ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperdalam analisis yang disajikan dalam artikel tersebut dari perspektif Studi Agama. Fokus utamanya adalah pada bagaimana pendidikan di PMDG dapat menjadi model bagi pesantren lain di Indonesia, serta tantangan dan peluang yang dihadapi dalam menerapkan pendidikan agama yang transformatif di tengah dinamika sosial yang terus berubah.
Transformasi Pendidikan Agama di Pondok Modern Darussalam Gontor
Pondok Modern Darussalam Gontor adalah salah satu pesantren yang telah berhasil menggabungkan tradisi Islam dengan pendekatan pendidikan modern. Berbeda dengan pesantren tradisional yang cenderung fokus pada pengajaran kitab kuning dan hafalan, Gontor menawarkan kurikulum yang lebih komprehensif, yang mencakup tidak hanya studi agama tetapi juga ilmu pengetahuan umum, bahasa asing, dan keterampilan hidup.
Transformasi ini tidak hanya berfokus pada aspek kognitif tetapi juga pada pengembangan karakter siswa. Pendidikan di Gontor dirancang untuk menciptakan generasi yang tidak hanya paham agama tetapi juga memiliki kemampuan untuk berpikir kritis, berinteraksi dengan lingkungan sosial yang beragam, dan mengambil peran aktif dalam masyarakat. Transformasi ini mencakup pergeseran dari nilai-nilai tradisional yang eksklusif menjadi nilai-nilai yang lebih inklusif, rasional, dan terbuka.
Dari perspektif Studi Agama, transformasi ini sangat penting karena mencerminkan upaya untuk menyesuaikan pendidikan agama dengan tuntutan masyarakat modern yang lebih pluralis. Pendidikan agama di Gontor tidak lagi hanya fokus pada pengajaran doktrin agama tetapi juga pada pengembangan karakter yang mampu berinteraksi secara positif dengan lingkungan sosial yang beragam. Hal ini relevan dalam konteks upaya mengatasi radikalisme dan intoleransi yang sering kali muncul dari pemahaman agama yang sempit dan eksklusif.
Pendidikan Karakter sebagai Upaya Deradikalisasi
Salah satu fokus utama pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor adalah pendidikan karakter, yang berfungsi sebagai upaya deradikalisasi. Pendidikan karakter di Gontor menekankan pentingnya nilai-nilai seperti kemandirian, inklusivitas, dan toleransi. Nilai-nilai ini diajarkan tidak hanya melalui kurikulum formal tetapi juga melalui interaksi sehari-hari antara siswa, guru, dan kyai di pesantren.
Pendekatan ini sangat relevan dalam konteks global saat ini, di mana radikalisme dan ekstremisme sering kali muncul dari pemahaman agama yang sempit dan eksklusif. Dengan mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan terbuka terhadap perbedaan, Gontor berhasil menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk membangun masyarakat yang lebih damai dan harmonis.
Dari perspektif Studi Agama, pendidikan karakter yang inklusif dan toleran merupakan strategi penting dalam upaya mengatasi radikalisme. Dengan menanamkan nilai-nilai ini sejak dini, pesantren dapat berperan sebagai agen perubahan sosial yang positif, membantu mencegah munculnya sikap fanatik dan eksklusif yang dapat mengarah pada radikalisme. Selain itu, pendekatan pendidikan ini juga membantu siswa untuk mengembangkan identitas religius yang kuat tetapi tetap terbuka dan adaptif terhadap perubahan sosial.
Metodologi dan Pendekatan Penelitian
Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada studi kasus di Pondok Modern Darussalam Gontor. Penelitian ini melibatkan tinjauan dokumen, wawancara mendalam, dan observasi untuk mengumpulkan data. Pendekatan ini efektif dalam memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana sistem pendidikan di Gontor berfungsi dan bagaimana pendidikan tersebut mempengaruhi karakter siswa.
Namun, ada beberapa kritik yang dapat disampaikan terkait metodologi yang digunakan. Meskipun pendekatan kualitatif memberikan wawasan yang kaya, penelitian ini bisa lebih kuat jika dilengkapi dengan data kuantitatif yang dapat mengukur sejauh mana transformasi nilai-nilai terjadi pada siswa. Misalnya, survei atau studi longitudinal dapat dilakukan untuk melihat perubahan sikap dan perilaku siswa dari waktu ke waktu. Data kuantitatif ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang efektivitas pendidikan karakter di Gontor dalam jangka panjang.
Selain itu, penelitian ini dapat diperluas dengan studi komparatif dengan pesantren lain yang mungkin menerapkan model pendidikan yang berbeda. Studi komparatif ini akan memberikan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana pendekatan pendidikan yang berbeda dapat mempengaruhi hasil pendidikan, terutama dalam konteks pencegahan radikalisme dan pengembangan karakter siswa.
Implikasi bagi Pendidikan Islam dan Masyarakat
Temuan artikel ini memiliki implikasi yang signifikan bagi pendidikan Islam di Indonesia dan di tempat lain. Pendidikan transformasi yang diterapkan di Pondok Modern Darussalam Gontor menunjukkan bahwa pesantren dapat berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang positif. Dengan mengajarkan nilai-nilai inklusivitas, toleransi, dan kemandirian, pesantren dapat membantu membangun masyarakat yang lebih harmonis dan bebas dari radikalisme.
Pendidikan agama yang hanya fokus pada aspek kognitif tanpa mempertimbangkan pembentukan karakter yang inklusif dan toleran berisiko menciptakan generasi yang sempit pandangan dan rentan terhadap radikalisme. Oleh karena itu, pendidikan agama harus terus dikembangkan untuk mencakup dimensi karakter yang lebih luas. Ini berarti pendidikan agama harus mengajarkan siswa untuk tidak hanya memahami ajaran agama tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang inklusif, toleran, dan bertanggung jawab.
Penting untuk diingat bahwa model pendidikan yang diterapkan di Gontor mungkin tidak dapat diadopsi secara langsung oleh semua pesantren di Indonesia. Setiap pesantren memiliki konteks sosial dan budaya yang berbeda, dan model pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan lokal. Namun, prinsip-prinsip dasar dari pendidikan transformasi, seperti inklusivitas, toleransi, dan kemandirian, dapat diadaptasi untuk berbagai konteks pendidikan agama.
Kritik terhadap Artikel
1. Ketidakseimbangan antara Aspek Kognitif dan Afektif
Meskipun artikel ini menyoroti pentingnya pendidikan karakter, ada kekhawatiran bahwa penekanan yang terlalu besar pada aspek karakter dapat mengabaikan pentingnya pendidikan kognitif. Pendidikan agama harus mencakup keseimbangan antara pemahaman doktrin agama dan pengembangan karakter. Tanpa pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama, upaya untuk membentuk karakter yang inklusif dan toleran mungkin tidak sepenuhnya efektif.
2. Kurangnya Perspektif Teologis
Artikel ini lebih berfokus pada aspek sosial dan pedagogis dari pendidikan di Gontor, dengan sedikit penekanan pada perspektif teologis. Dalam Studi Agama, penting untuk mempertimbangkan bagaimana pendekatan pendidikan yang berbeda dapat mempengaruhi pemahaman teologis siswa. Apakah pendekatan yang lebih inklusif dan modern ini mempengaruhi cara siswa memahami konsep-konsep kunci dalam teologi Islam? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk dieksplorasi lebih lanjut.
3. Kebutuhan untuk Studi Komparatif
Artikel ini berfokus pada satu kasus studi di Pondok Modern Darussalam Gontor, yang meskipun memberikan wawasan yang mendalam, tetap terbatas dalam cakupannya. Studi komparatif dengan pesantren lain, baik di Indonesia maupun di negara lain, akan memberikan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana pendidikan agama dapat diubah untuk menghadapi tantangan-tantangan kontemporer seperti radikalisme dan intoleransi. Dengan memahami berbagai pendekatan pendidikan yang digunakan di pesantren lain, kita dapat mengidentifikasi praktik-praktik terbaik yang dapat diadopsi atau disesuaikan untuk konteks yang berbeda.
Kesimpulan
Artikel "A Model of Transformative Religious Education: Teaching and Learning Islam in Pondok Modern Darussalam Gontor, Indonesia" memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana pendidikan agama di pesantren dapat diubah untuk menciptakan generasi yang lebih inklusif, toleran, dan rasional. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa pendidikan di Gontor berhasil mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi oleh banyak pesantren lain, seperti radikalisme dan intoleransi, melalui pendekatan pendidikan karakter yang inklusif dan modern.
Namun, penting untuk diingat bahwa model pendidikan yang diterapkan di Gontor tidak dapat diadopsi begitu saja di semua pesantren. Setiap pesantren memiliki konteks sosial dan budaya yang berbeda, dan model pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan lokal. Selain itu, keseimbangan antara aspek kognitif dan afektif dalam pendidikan agama harus tetap dijaga agar siswa tidak hanya memahami ajaran agama secara mendalam, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang inklusif dan toleran.
Dengan mempertimbangkan kritik-kritik tersebut, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi bagaimana model pendidikan transformasi dapat diterapkan di berbagai konteks pesantren, serta bagaimana pendekatan pendidikan yang berbeda dapat mempengaruhi pemahaman teologis siswa. Penelitian ini penting untuk memastikan bahwa pendidikan agama di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan masyarakat yang lebih harmonis dan damai.
Referensi
Jusubaidi, J., Lindgren, T., Mujahidin, A., & Rofiq, A. C. (2024). A model of transformative religious education: teaching and learning Islam in Pondok Modern Darussalam Gontor, Indonesia. Millah: Journal of Religious Studies, 23(1), 171-212.
Print Version