Pontianak, 25 April 2025 – Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat bekerja sama dengan Lapas Kelas IIA Pontianak menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Terapi Asmaul Husna untuk Kesehatan Mental dan Kedamaian Jiwa”, Jumat pagi (25/04).
Kegiatan yang dihadiri langsung oleh salah satu pimpinan Lapas, Bapak Fachry Agri, ini disambut antusias oleh para warga binaan yang hadir dengan penuh perhatian. Narasumber utama, Dr. Samsul Hidayat, MA, selaku penemu Terapi Asmaul Husna, menyampaikan materi reflektif seputar penghayatan nama Allah Ar-Rahmān—Yang Maha Pengasih.
Dalam pemaparannya, Dr. Samsul menekankan bahwa kasih sayang ilahi harus menjadi cahaya rohani dalam jiwa, yang tidak hanya dirasakan secara pribadi, tetapi juga dihubungkan kepada sesama warga binaan. “Kalau hari ini hanya ada tiga atau empat saudara seiman yang dirasa dekat, maka ke depan harus lebih banyak lagi,” ungkap beliau.
Ikatan kasih ini, lanjutnya, adalah bentuk silaturahim yang menyembuhkan. Ketika hati terhubung dengan kasih, maka hidup menjadi lebih tenang dan bahagia—terlihat dari wajah yang teduh, kata-kata yang lembut, dan perbuatan yang lurus.
Sifat ٱلرَّحْمَٰنُ (Ar-Rahmān)—Yang Maha Pengasih—mengajarkan bahwa kasih sayang Tuhan itu mendahului segalanya, bahkan sebelum manusia menyadari kebutuhan untuk dicintai. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai ini dapat dihadirkan melalui perbuatan-perbuatan kecil yang dilakukan dengan hati tulus: menyapa dengan ramah, berbagi tanpa pamrih, atau sekadar mendengarkan dengan empati. Ar-Rahmān menginspirasi kita bahwa cinta yang murni tidak menunggu syarat, tidak menuntut balasan, dan justru menemukan maknanya dalam memberi. Inilah inti dari spiritualitas yang membumi—kasih sayang yang tidak sekadar terucap dalam doa, tetapi dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita.
Di tengah suasana pembinaan di dalam lapas, sifat Ar-Rahmān menjadi jembatan untuk membangun kembali ikatan sosial yang sempat renggang. Ia mendorong setiap warga binaan untuk memandang sesamanya bukan sebagai pesaing, melainkan sebagai saudara yang layak dirangkul dengan kasih dan dimaafkan. Dari sinilah perubahan bermula—bukan dari sistem yang rumit, tetapi dari hati yang lembut. Ketika kasih sayang dijadikan landasan berinteraksi, maka suasana batin menjadi lebih teduh, pertengkaran berkurang, dan kepercayaan antar sesama mulai tumbuh. Inilah fungsi nama Tuhan dalam kehidupan: menghadirkan keindahan-Nya dalam tindakan nyata.
Melalui pendekatan Asmaul Husna, khususnya sifat Ar-Rahmān, kegiatan ini menjadi momentum memperluas cahaya cinta di ruang-ruang yang selama ini gelap oleh kesepian dan luka. Sebuah langkah kecil namun berarti dalam membangun iklim batin yang sehat, damai, dan saling terhubung di balik tembok-tembok penjara.

Kegiatan ditutup dengan sesi dzikir dan refleksi bersama, di mana para peserta diajak menginternalisasi nilai kasih sayang Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari di dalam lapas. Aswan Bahri selaku Ketua LDK PW Muhammadiyah Kalbar dalam sambutannya juga menekankan pentingnya pendampingan spiritual berkelanjutan sebagai jalan pemulihan mental dan sosial bagi warga binaan.