Oleh PD Muhammadiyah Kab. Melawi

Nanga Pinoh, 14 Mei 2025 — Dalam menghadapi era modern yang penuh tekanan dan kecemasan, kesehatan mental menjadi isu penting yang tak dapat diabaikan, tidak hanya bagi anak-anak, tetapi juga para orang tua. Menjawab tantangan ini, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Melawi mengadakan dua rangkaian kegiatan reflektif-spiritual bertema “Kesehatan Mental dan Terapi Jiwa melalui Asmaul Husna” bersama jamaah Masjid Muhammadiyah Ibnu Taimiyah di Nanga Pinoh, Kalimantan Barat.

Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa malam, 13 Mei 2025 ba’da Magrib hingga Isya, dan dilanjutkan kembali pada Rabu pagi, 14 Mei 2025 ba’da Subuh. Acara ini dihadiri oleh para pengurus Muhammadiyah dan ortomnya, seperti ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Jamaah masjid, serta para guru dari sekolah-sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Melawi.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Melawi, Muhammad Faisal, M.Ag, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kehadiran dan kontribusi Dr. Samsul Hidayat, MA, selaku Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalbar sekaligus Pembina Daerah. Kehadiran beliau dianggap sebagai bentuk komitmen dan kepedulian Muhammadiyah terhadap isu kontemporer yang menyentuh aspek kejiwaan umat.

“Kita sering berbicara tentang pembangunan fisik dan ekonomi, tetapi kesehatan mental adalah pondasi utama bagi kualitas hidup. Asmaul Husna bisa menjadi jalan pencerahan untuk menenangkan jiwa-jiwa yang gelisah dan lelah dalam menjalani hidup,” ujar Muhammad Faisal.

Dalam tausiyah yang disampaikan secara bertahap dalam dua sesi tersebut, Dr. Samsul Hidayat menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai Asmaul Husna ke dalam praktik kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, lingkungan kerja, maupun masyarakat luas.

Kecemasan Modern dan Fragmentasi Emosi Keluarga

Dr. Samsul membuka kajian dengan paparan realitas kontemporer: banyak anak-anak saat ini mengalami kecemasan sosial, tekanan akademik, serta kecanduan gadget yang menyebabkan isolasi emosional. Di sisi lain, orang tua pun dilanda kelelahan pengasuhan (parental burnout), tekanan ekonomi, dan kecemasan terhadap masa depan anak-anak mereka.

“Kita hidup dalam era yang cepat, penuh perbandingan, dan sangat kompetitif. Tak sedikit anak merasa dirinya tidak cukup baik karena tekanan sekolah atau sosial media. Orang tua pun sering kehilangan keseimbangan karena tuntutan ekonomi dan sosial yang tak henti,” jelas beliau.

Asmaul Husna sebagai Jalan Kesembuhan

Sebagai solusi spiritual, Dr. Samsul mengajak jamaah untuk merenungi dua Asmaul Husna yang memiliki kekuatan terapeutik bagi kesehatan mental: Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan Al-Lathiif (Yang Maha Lembut).

1. Ar-Rahman mencerminkan kasih sayang Allah yang tak bersyarat. Ketika anak merasa gagal, atau orang tua merasa tidak berdaya, mengingat sifat Ar-Rahman dapat menjadi pengingat bahwa nilai diri tidak ditentukan oleh capaian duniawi semata, tetapi oleh cinta ilahi yang tak terbatas.

“Yaa Rahmaan, tanamkan kasih dalam jiwaku, untuk memaafkan diriku sendiri dan orang lain,” ucap Dr. Samsul saat menyontohkan refleksi diri.

2. Al-Lathiif menunjukkan kelembutan Allah dalam segala sesuatu, termasuk dalam ujian hidup yang tak tampak. Bagi para orang tua yang khawatir tentang rezeki atau masa depan anak-anak, sifat Al-Lathiif mengajarkan bahwa Allah menghadirkan pertolongan-Nya secara halus dan tak selalu kasat mata.

“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya…” (QS. Asy-Syura: 19) menjadi ayat yang direnungkan bersama jamaah.

Terapi Asmaul Husna: Langkah Reflektif Harian

Dalam sesi subuh, Dr. Samsul membimbing jamaah untuk menjalani terapi dzikir reflektif melalui Asmaul Husna. Beberapa langkah praktis yang diajarkan antara lain:

Menyediakan waktu hening setiap hari untuk berdzikir salah satu Asmaul Husna dalam suasana batin yang tenang.

Membuka rekening Bank Mental dengan menulis di jurnal harian yang memuat perasaan syukur dan momen kecil yang mencerminkan kasih atau kelembutan Allah melalui nikmat-Nya yang tak putus-putus

Berlatih afirmasi positif yang diambil dari makna Asmaul Husna, seperti “Terimakasih ya Allah, Aku diliputi kasih Ar-Rahman” atau “Engkau ya Allah mengetahui luka yang tersembunyi dalam hatiku”.

Dukungan Keluarga dan Komunitas

Selain terapi individual, beliau juga menekankan pentingnya menciptakan ekosistem keluarga dan komunitas yang suportif. Para guru dan orang tua Muhammadiyah diajak untuk membangun komunikasi yang empatik, membuka ruang dialog dengan anak, dan menghadirkan spiritualitas dalam pendidikan.

“Asmaul Husna bukan hanya untuk dihafal, tapi harus dihidupkan. Jika keluarga menjadi tempat bernaung kasih dan kelembutan, maka anak-anak tidak perlu mencari validasi di tempat lain yang justru merusak jiwa mereka,” tegasnya.

Melalui kegiatan ini, Muhammadiyah Melawi membuktikan komitmennya tidak hanya dalam dakwah struktural, tetapi juga dalam upaya tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) yang sangat relevan bagi kesehatan mental umat di era kini.

Dengan hadirnya tokoh seperti ustadz Dr. Samsul Hidayat, kegiatan ini menjadi bukti bahwa spiritualitas Islam—melalui pintu Asmaul Husna—dapat menjadi terapi penyembuhan batin yang menyentuh hati, menyegarkan akal, dan menguatkan langkah kehidupan.

Categories: Artikel