Oleh: Dr. Samsul Hidayat, MA
Wakil Ketua PWM Kalimantan Barat
Pontianak, 01 Juni 2025— Dalam suasana penuh kekhusyukan dan semangat kebersamaan, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat menyelenggarakan pengajian rutin bulanan bertempat di Restoran Beringan Jl. Ahmad Yani Pontianak. Kegiatan ini menjadi istimewa karena bertepatan dengan momentum Milad ke-116 Muhammadiyah dan Milad ke-108 Aisyiyah. Hadir dalam kegiatan ini jajaran pimpinan PWM, PWA, PWPM, PWNA, PDM, PDA, dan ortom yang lain, serta pengurus berbagai amal usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah dari berbagai kota/kabupaten.
Yang menjadi pentausiyah adalah Ketua PWM Kalbar, Dr. H. Pabali Musa, M.Ag, dengan tema “Semangat Pengorbanan dalam Meneladani Ibrahim dan Mengelola Amal Usaha Muhammadiyah.” Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menyampaikan doa khusus bagi jamaah haji dan KBIHU Kalbar agar perjalanan haji tahun ini berjalan lancar dan seluruh jamaah mendapatkan predikat haji mabrur.
Ucapan Milad dan Sambutan Ketua PW Aisyiyah Kalbar
Mengawali kegiatan, Ketua PW Aisyiyah Kalbar, Ibu Yumiharti, S.Par, menyampaikan sambutan singkat namun sarat makna. Dalam pidatonya, beliau mengajak seluruh warga Aisyiyah untuk menjadikan Milad ke-108 ini sebagai momen refleksi dan revitalisasi gerakan perempuan berkemajuan.
“Di usia satu abad lebih ini, Aisyiyah harus semakin menguatkan peran sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna dakwah. Dalam isu-isu kemanusiaan, pendidikan anak, kesehatan keluarga, dan ketahanan moral umat, Aisyiyah telah menunjukkan bukti nyata pengabdian,” tutur beliau.
Ibu Yumiharti juga berharap agar kolaborasi antara Muhammadiyah dan Aisyiyah di Kalbar semakin solid, khususnya dalam pengembangan amal usaha dan penguatan kader perempuan. Beliau menutup sambutannya dengan harapan agar Milad ini menjadi pelecut semangat untuk menapaki abad kedua dengan lebih kokoh, berdaya, dan mencerahkan.
Tausiyah: Qurban sebagai Jalan Qoroba ilallah
Dr. Pabali Musa kemudian memulai tausiyahnya dengan menegaskan bahwa qurban bukan sekadar perintah menyembelih hewan, melainkan jalan spiritual mendekatkan diri kepada Allah (qoroba). Ia menekankan bahwa qurban adalah simbol totalitas pengorbanan dalam setiap dimensi kehidupan: tenaga, harta, waktu, dan bahkan emosi.
“Qurban itu berasal dari akar kata qoroba yang berarti dekat. Maka setiap pengorbanan—sekecil apa pun—adalah bentuk kita mendekat kepada-Nya,” jelas beliau.
Beliau menyebut bahwa menjadi hamba Allah bukan semata lewat ibadah formal, tapi juga melalui pengorbanan dalam amal jama’i. Bahkan, mencari nafkah dengan niat yang benar dapat tergolong dalam kategori fisabilillah, yaitu perjuangan di jalan Allah.
Pelajaran dari Ibrahim, Hajar, dan Ismail
Dalam narasi sejarah kenabian, Dr. Pabali Musa mengulas kisah agung Nabi Ibrahim AS, istri beliau Siti Hajar, dan putra mereka Ismail. Dari peristiwa monumental perintah penyembelihan Ismail, lahirlah pelajaran-pelajaran penting tentang pengorbanan, keikhlasan, dan kepatuhan mutlak kepada Allah.
Beliau menyampaikan empat pelajaran pokok dari kisah tersebut:
1. Pertajam Pisau – Pertajam Niat
Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, sang anak menyarankan agar pisau diasah lebih tajam. Maknanya, niat harus diasah, dibersihkan dari ragu-ragu. Dalam kehidupan nyata, kita sering bernazar saat dalam kesulitan, tetapi lupa menunaikannya ketika telah selamat.
“Hati manusia sering bolak-balik. Maka asahlah hati agar tajam dalam keikhlasan,” ujar beliau.
2. Tunaikan Niat – Jangan Tunda
Setelah berniat, segera laksanakan. Banyak amal kebaikan gagal bukan karena tidak niat, tapi karena terlalu lama ditunda.
Dalam konteks Muhammadiyah, hal ini relevan dalam membangun sekolah, mengelola rumah sakit, hingga program sosial yang membutuhkan tindakan cepat dan tegas.
3. Jangan Terlalu Lama Menatap – Hadapi dengan Keteguhan
Nabi Ibrahim memilih untuk tidak menatap wajah Ismail terlalu lama saat akan menyembelihnya. Ini adalah simbol bahwa tugas berat dalam hidup sering kali menuntut keberanian dan ketegasan, bukan kelembutan yang berlebihan.
Demikian pula dalam menjalankan amanah Persyarikatan. Kadang diperlukan keputusan berani, meskipun terasa berat.
4. Tinggalkan Warisan – Kenangan Kebaikan yang Mengalir
Ibrahim menyerahkan sehelai baju kepada Hajar sebagai kenangan. Ini menjadi dasar bahwa amal baik, sekecil apapun, bisa menjadi sadaqah jariyah—amal yang terus mengalir manfaatnya. Amal usaha Muhammadiyah adalah bentuk warisan yang terus hidup karena niat para pendirinya.
Bermuhammadiyah dengan Jiwa Pengorbanan
Dalam konteks kekinian, Dr. Pabali Musa menegaskan bahwa Muhammadiyah hanya bisa bertahan dan berkembang karena semangat pengorbanan yang kuat. Sekolah-sekolah berdiri dari sumbangan, rumah sakit dibangun dari gotong royong, dan aktivitas dakwah dijalankan tanpa pamrih.
Beliau juga menyampaikan bahwa ke depan, tantangan dakwah semakin besar. Oleh karena itu, diperlukan generasi baru yang memiliki semangat qurban: ikhlas, berani, dan penuh cinta kepada Allah.
“Kalau semangat qurban padam, maka ruh Muhammadiyah pun akan ikut padam,” katanya mengingatkan.
Teladan Hajar dalam Pendidikan Anak
Dalam bagian penutup, beliau mengangkat figur Siti Hajar sebagai sosok yang membentuk kepribadian Ismail dalam keterbatasan. Di padang gersang, Hajar tidak hanya menjaga hidup anaknya, tetapi menanamkan nilai-nilai ketauhidan dan kemandirian.
“Di balik Ismail yang taat, ada ibu bernama Hajar yang tangguh,” kata beliau.
Beliau berharap agar para ibu Muhammadiyah dan Aisyiyah dapat mengambil teladan ini untuk mendidik anak-anak yang bukan hanya cerdas, tetapi juga taat, shalih, dan siap berkorban demi agama dan umat.
Pengajian rutin PWM Kalbar kali ini bukan sekadar agenda seremonial, tetapi menjadi ruang refleksi spiritual untuk memperbarui semangat pengorbanan dalam segala lini kehidupan. Qurban dipahami secara mendalam, bukan hanya sebagai ritual, tapi sebagai semangat hidup: berani memberi, berani meninggalkan kenyamanan, dan berani mendekat kepada Allah.
Kehadiran Ketua PW Aisyiyah, Ibu Yumiharti, S.Par, juga menjadi penanda bahwa sinergi antara Muhammadiyah dan Aisyiyah di Kalimantan Barat berjalan harmonis. Keduanya siap menapaki abad kedua dengan penuh pengabdian dan cinta untuk umat.
Dengan semangat qurban yang ikhlas, semoga Muhammadiyah dan Aisyiyah Kalbar terus menjadi pilar dakwah yang mencerahkan dan menumbuhkan.