Oleh: Dr. Samsul Hidayat, M.A.
Wakil Ketua PWM Kalbar dan Penemu Metode Psikognosia Ilahiyah – 99 Jalan Pulang Menuju Tuhan


Di tengah dinding-dinding tinggi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pontianak, pada Jumat, 30 Mei 2025, sebuah kegiatan spiritual menjadi titik cahaya yang mengalir hangat ke dalam hati para warga binaan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program dakwah dan pembinaan mental yang digagas oleh Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat, dengan dukungan langsung dari Kalapas Bapak Mut Zaini, A.Md.IP, S.Sos, M.Si yang dalam sambutannya menyampaikan harapan dan dorongan kepada seluruh warga binaan untuk tidak menyerah pada masa lalu, dan terus memperbaiki diri.

Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Aswan Bahri, SE Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PWM Kalbar, sebagai mitra utama pembinaan rohani di Lapas. Ia menyampaikan bahwa setiap manusia berhak untuk kembali ke jalan Allah—tak terkecuali mereka yang sedang menjalani masa pidana. Dalam semangat itulah, Dr. Samsul Hidayat, MA selaku Wakil Ketua PW Muhammadiyah Kalbar diminta menyampaikan tausiyah , mengangkat satu dari 99 Nama Indah Allah: Al-Ghafūr – Yang Maha Pengampun, dalam kerangka metode Psikognosia Ilahiyah: 99 Jalan Pulang Menuju Tuhan.


Dosa Bukan Akhir: Menggali Makna Al-Ghafūr

Tausiyah ini dibuka dengan satu kesadaran: bahwa ceramah ini bukan untuk menghakimi. Dr. Samsul menyampaikan bahwa setiap manusia memiliki sisi gelap dalam sejarah hidupnya, tetapi tidak semua orang memiliki keberanian untuk menulis ulang masa depannya. Dan Allah, dengan nama-Nya yang agung – Al-Ghafūr – membuka ruang yang luas bagi siapa pun yang ingin kembali pulang.

Dalam QS Az-Zumar ayat 53, Allah berfirman:

“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, jangan kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”

Ayat ini bukan sekadar hiburan. Ini adalah deklarasi ilahi bahwa ampunan Allah bersifat menyeluruh, dan tidak dibatasi oleh seberapa hitam masa lalu kita. Samsul menegaskan kepada warga binaan bahwa pengampunan bukanlah khayalan—ia adalah janji yang nyata.


Dosa sebagai Luka, Ampunan sebagai Obat Jiwa

Dalam pendekatan Psikognosia Ilahiyah, Dr. Samsul menekankan bahwa dosa bukan sekadar pelanggaran hukum Tuhan, tapi luka dalam batin manusia. Luka yang tak disembuhkan seringkali menjadi penyebab mengapa seseorang terjerat dosa berulang kali: entah karena trauma, kehampaan, atau kemarahan yang tidak tertuntaskan.

Ampunan dalam Islam bukan hanya pemaafan, tapi juga penyembuhan. Dalam QS An-Nisa ayat 110, Allah menegaskan:

“Barang siapa melakukan kejahatan atau menzalimi dirinya, lalu ia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Kepada warga binaan Samsul Hidayat mengatakan, “Jika Anda hari ini merasa telah rusak, ingatlah: di hadapan Al-Ghafūr, kerusakan bukan akhir. Itu adalah awal proses penyembuhan.”


Siklus Negatif dan Intervensi Ilahi

Dr. Samsul Hidayat kemudian menjabarkan siklus negatif yang sering terjadi dalam kehidupan manusia—termasuk mereka yang berada di dalam penjara:

  • Bicara kotor karena luka batin.

  • Dendam karena tidak ada ruang penyembuhan.

  • Kecanduan karena kehampaan jiwa.

  • Malas ibadah karena merasa tak layak di hadapan Tuhan.

Namun, dengan menghidupkan Asmaul Husna, khususnya Al-Ghafūr, kita bisa memutus siklus itu. Samsul mengajak para warga binaan untuk memandang nama ini sebagai jembatan spiritual dari luka menuju pencerahan.


Memaafkan Diri: Langkah Awal Menuju Perubahan

Salah satu poin kunci dalam ceramah ini adalah: memaafkan diri bukan berarti membenarkan kesalahan, tapi mengakui bahwa manusia punya potensi untuk berubah.

“Aku memang salah, tapi aku tak ingin terus salah.”
“Aku pernah hancur, tapi aku ingin bangun kembali.”
“Aku kotor, tapi Allah siap menyucikan.”

Sebagaimana dikutip QS At-Tahrim ayat 8:

“Bertobatlah kalian kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya.”

Taubat bukan sekadar ritual istighfar, tetapi komitmen batin untuk meninggalkan gelap dan menyambut terang.


Praktik Psikospiritual: Dari Zikir ke Aksi Nyata

Psikognosia Ilahiyah tidak hanya berbicara tentang pemahaman teologis, tetapi juga praktik nyata yang bisa dilakukan siapa saja, di mana saja, termasuk dalam keterbatasan ruang dan waktu seperti di dalam lapas.

Pada sesi ini diajarkan Zikir Nafas sederhana:

  • Tarik nafas dalam-dalam: Yaa Ghafūr

  • Hembuskan perlahan: Maafkan aku, dan pulihkan diriku ya Allah

Kemudian afirmasi pagi:

“Hari ini aku bukan siapa aku kemarin. Aku sedang kembali pulang.”

Dan bentuk tindakan simbolik yang menyentuh hati:

  • Menuliskan satu dosa/kebiasaan buruk di kertas, lalu merobek atau membakarnya sebagai tanda tekad meninggalkannya.

  • Mengucapkan istighfar 33 kali dengan penuh kesadaran.

  • Memaafkan orang yang pernah menyakiti, agar jiwa tidak lagi terbelenggu.


Kehadiran yang Memperkuat: Dukungan Kalapas dan Mitra Lapas

Kegiatan ini menjadi lebih bermakna karena dihadiri langsung oleh Kalapas, Bapak Mut Zaini, A.Md.IP, S.Sos, M.Si yang dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya semangat memperbaiki diri. Beliau menyampaikan bahwa lembaga ini bukan tempat penghakiman abadi, tetapi ruang rehabilitasi dan transformasi.

Begitu pula Bapak Aswan Bahri, Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PWM Kalbar, yang terus menginisiasi kegiatan pembinaan spiritual berbasis Asmaul Husna. Beliau mengingatkan bahwa setiap nama Allah bukan hanya objek hafalan, tetapi energi penyembuh yang bisa menata ulang hidup manusia.


Menulis Ulang Takdir dengan Cahaya Al-Ghafūr

Tausiyah ini ditutup dengan doa dan refleksi bersama. Narasumber sampaikan bahwa Tuhan bukan hanya Maha Melihat kesalahan kita, tetapi juga Maha Menunggu kembalinya kita. Dan tidak ada jalan pulang yang sia-sia jika kita sungguh-sungguh melangkah.

“Yaa Ghafūr…
Maafkan aku. Tidak hanya karena aku salah,
Tapi karena aku ingin benar.
Peluk aku kembali, dan tuntun aku pulang ke jalan-Mu.”

Categories: Artikel