Pontianak (27/10) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Pontianak resmi meluncurkan dan mensosialisasikan Early Warning System (EWS) bagi seluruh Kantor Urusan Agama (KUA) se-Kota Pontianak, sebagai langkah strategis memperkuat deteksi dini potensi kerawanan sosial dan keagamaan di tingkat kecamatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa, dengan menghadirkan 35 peserta yang terdiri dari Kepala KUA, Penghulu, serta Penyuluh Agama ASN (PNS dan P3K).

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kasubag TU Ruswandi,S.Si,M.Sos yang mewakili Kepala Kantor Kemenag Kota Pontianak H. Ruslan, S.Ag, MA yang berhalangan hadir karena diwaktu bersamaan mengikuti kegiatan Kakanwil Kemenag Kalbar. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa EWS merupakan kebutuhan mendesak mengingat dinamika sosial keagamaan saat ini semakin kompleks. “KUA adalah garda terdepan Kemenag. EWS akan menjadi instrumen yang memperkuat kemampuan KUA dalam mendeteksi gejala awal potensi konflik, melakukan mitigasi, serta memperkuat kerukunan,” ungkapnya.

Menurutnya, implementasi EWS akan memampukan setiap KUA untuk bergerak lebih responsif melalui tiga fungsi utama: deteksi dini, pencegahan, dan penguatan moderasi beragama. Skema EWS yang dikembangkan menekankan pemantauan cepat berbasis data, pemetaan risiko melalui kategori hijau-kuning-merah, serta penguatan koordinasi antara KUA, tokoh agama, aparat keamanan, dan masyarakat.

Ketua panitia kegiatan, yang juga Plt. Kasi Bimas Islam, Yuliansyah, S.Ag., M.Pd.I., melaporkan bahwa kegiatan ini dibiayai dari DIPA Bimas Islam No. 025.3.418674 Tahun 2025. Ia menjelaskan bahwa tujuan utama pelatihan adalah memperkuat kesiapsiagaan aparatur KUA dalam mencegah konflik sebelum berkembang menjadi lebih besar. “EWS adalah mekanisme pembinaan preventif. Kita ingin KUA hadir sebagai institusi yang adaptif, transparan, dan humanis,” ujarnya.

Kegiatan ini menghadirkan 2 narasumber utama, yaitu Dr. Samsul Hidayat, M.A. selaku Fasilitator Nasional Moderasi Beragama sekaligus pengurus FKUB Propinsi Kalbar, dan Drs. H. Abdul Syukur, S.K. selaku Ketua FKUB Kota Pontianak. Pemaparan materi menegaskan bahwa EWS bukan sekadar sistem pengawasan administratif, tetapi bagian dari compassionate governance — pengawasan yang berorientasi kasih sayang kelembagaan untuk menjaga integritas ASN dan keharmonisan masyarakat. Paparan tersebut selaras dengan materi resmi dalam dokumen Penguatan Peran KUA melalui Early Warning System (EWS)

Acara turut dihadiri oleh Kasi Haji dan Umrah, H. Muslimin, S.Ag.; serta Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Muhammad Amin, SEI., M.Pd.

Selain pemaparan materi, peserta juga mengikuti simulasi penerapan EWS melalui studi kasus lapangan, diskusi kelompok, analisis gejala dini, dan refleksi moderasi beragama. Simulasi ini dirancang agar ASN KUA lebih peka terhadap perubahan sosial, potensi gesekan antarwarga, serta perilaku masyarakat yang memerlukan pembinaan.

Di akhir kegiatan, perwakilan Kepala Kantor Kemenag Kota Pontianak menegaskan bahwa efektivitas EWS sangat bergantung pada komitmen aparatur. “Mari kita jadikan KUA Kota Pontianak sebagai contoh KUA yang adaptif, responsif, dan terdepan dalam menjaga ketahanan sosial keagamaan. Integritas adalah ibadah, dan pengawasan adalah bentuk kasih sayang lembaga,” ujarnya.

 

Categories: Artikel