Agama dan Nilai-Nilai Pengasuhan Anak di Turki
Oleh Dr. Samsul Hidayat, MA
Dosen Prodi Studi Agama-Agama IAIN Pontianak
Agama merupakan salah satu pilar utama dalam kehidupan sosial yang membentuk nilai-nilai, norma, dan perilaku individu dalam masyarakat. Dalam konteks pengasuhan anak, agama sering kali memberikan kerangka moral dan etika yang menjadi dasar dalam mendidik anak-anak. Artikel "Religion and Child-Rearing Values in Turkey" (2015) oleh Gabriel A. Acevedo, Christopher G. Ellison, dan Murat Yilmaz menyoroti bagaimana agama, khususnya Islam, mempengaruhi nilai-nilai pengasuhan anak di Turki, negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Dengan menggunakan data dari World Values Survey, penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara faktor-faktor religius dengan nilai-nilai pengasuhan seperti ketaatan terhadap otoritas, sopan santun, kemandirian, dan imajinasi.
Tulisan ini bertujuan untuk mengembangkan analisis tersebut dari perspektif Studi Agama, dengan menekankan pentingnya konteks sosial, politik, dan teologis dalam memahami bagaimana agama mempengaruhi nilai-nilai pengasuhan anak. Selain itu, tulisan ini akan mengkritisi beberapa aspek dari penelitian tersebut dan menawarkan saran untuk pengembangan lebih lanjut.
Agama dan Nilai Pengasuhan Anak di Turki
Penelitian Acevedo, Ellison, dan Yilmaz menemukan bahwa faktor-faktor religius di Turki merupakan prediktor yang kuat terhadap penekanan pada nilai-nilai pengasuhan yang berkaitan dengan ketaatan terhadap otoritas (intellectual heteronomy) dan sopan santun. Sebaliknya, religiositas berkorelasi negatif dengan penekanan pada kemandirian intelektual dan imajinasi (intellectual autonomy). Penemuan ini menggarisbawahi bahwa agama, khususnya Islam, memainkan peran penting dalam membentuk orientasi pengasuhan anak di Turki.
Dalam konteks Islam, ketaatan terhadap otoritas merupakan nilai yang sangat dihargai. Hal ini tercermin dalam berbagai ajaran Qur'anik dan Hadith yang menekankan pentingnya menghormati orang tua dan otoritas, serta melihat kepatuhan sebagai fondasi bagi ketaatan kepada Allah. Misalnya, Al-Qur'an menyatakan, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya." (QS. Al-Isra: 23). Ayat ini menunjukkan bagaimana ketaatan kepada orang tua dan otoritas dipandang sebagai perpanjangan dari ketaatan kepada Tuhan.
Namun, penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai-nilai yang berkaitan dengan kemandirian dan imajinasi, yang sering kali diasosiasikan dengan kreativitas dan pemikiran kritis, cenderung kurang ditekankan dalam keluarga yang religius di Turki. Ini mengindikasikan bahwa ada kecenderungan dalam masyarakat Muslim untuk menekankan kepatuhan dan konformitas dibandingkan dengan kemandirian dan inovasi.
Analisis Perspektif Studi Agama
Dari perspektif Studi Agama, penelitian ini memberikan wawasan yang penting tentang bagaimana agama dapat membentuk nilai-nilai pengasuhan anak. Namun, ada beberapa aspek yang perlu dikritisi dan dikembangkan lebih lanjut.
1. Kompleksitas dalam Interpretasi Agama
Salah satu kritik utama terhadap penelitian ini adalah kecenderungannya untuk menggeneralisasi pengaruh agama Islam terhadap nilai-nilai pengasuhan anak di Turki tanpa mengeksplorasi variasi dalam interpretasi dan praktik keagamaan di berbagai komunitas Muslim. Islam, seperti agama-agama lain, bukanlah entitas monolitik. Terdapat berbagai aliran, madzhab, dan interpretasi yang berbeda dalam Islam yang dapat mempengaruhi cara orang tua mendidik anak-anak mereka. Misalnya, ada perbedaan yang signifikan antara pendekatan Islam yang lebih konservatif dan yang lebih progresif dalam hal pengasuhan anak.
Aliran Islam yang lebih konservatif cenderung menekankan kepatuhan dan hierarki, sementara aliran yang lebih progresif mungkin lebih terbuka terhadap nilai-nilai seperti kemandirian dan kreativitas. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan variasi ini dalam penelitian tentang pengasuhan anak di masyarakat Muslim. Studi lebih lanjut perlu mengeksplorasi bagaimana interpretasi yang berbeda dari ajaran Islam mempengaruhi nilai-nilai pengasuhan di berbagai komunitas Muslim di Turki.
2. Pengaruh Sekularisme dan Modernisasi
Turki memiliki sejarah panjang sekularisme negara yang kuat, yang dimulai pada era Mustafa Kemal Ataturk. Sekularisme ini, yang memisahkan agama dari urusan negara, telah menciptakan dinamika yang unik dalam masyarakat Turki, di mana nilai-nilai keagamaan dan sekuler sering kali berada dalam ketegangan. Artikel ini kurang mendalami bagaimana dinamika sekularisme dan modernisasi ini mempengaruhi hubungan antara agama dan pengasuhan anak di Turki.
Dalam masyarakat yang mengalami modernisasi dan sekularisasi, nilai-nilai tradisional yang terkait dengan agama mungkin mengalami tekanan atau perubahan. Misalnya, pendidikan modern dan pengaruh budaya Barat mungkin mendorong orang tua untuk lebih menekankan pada kemandirian dan pemikiran kritis dalam pengasuhan anak, meskipun mereka tetap mempertahankan keyakinan agama yang kuat. Studi agama dapat berperan penting dalam menganalisis bagaimana perubahan sosial ini mempengaruhi praktik pengasuhan anak dalam masyarakat yang beragam secara religius seperti Turki.
3. Teologi Islam dan Kemandirian
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai-nilai religius di Turki cenderung berkorelasi negatif dengan penekanan pada kemandirian dan imajinasi. Dari perspektif Studi Agama, penting untuk mengeksplorasi lebih dalam bagaimana ajaran teologis dalam Islam tentang kreativitas, kebebasan berpikir, dan kemandirian dapat diartikulasikan. Misalnya, meskipun ada penekanan kuat pada kepatuhan dalam Islam, ada juga tradisi panjang dalam sejarah Islam yang menekankan pentingnya ijtihad (usaha intelektual) dan tafakkur (perenungan), yang dapat menjadi dasar untuk mendorong kemandirian dan kreativitas dalam pengasuhan anak.
Penelitian lebih lanjut perlu mengkaji bagaimana konsep-konsep teologis ini dapat diintegrasikan ke dalam praktik pengasuhan anak yang mendukung perkembangan kemandirian dan kreativitas, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai keagamaan yang mendasar. Ini bisa menjadi kontribusi penting bagi pengembangan pendekatan pengasuhan anak yang seimbang antara nilai-nilai tradisional dan kebutuhan perkembangan individu.
4. Interaksi Agama dengan Faktor Sosial-Ekonomi
Artikel ini juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan status sosial-ekonomi berpengaruh pada nilai-nilai pengasuhan anak di Turki. Dari perspektif Studi Agama, penting untuk mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana interaksi antara agama dan faktor-faktor sosial-ekonomi ini membentuk praktik pengasuhan anak. Misalnya, apakah keluarga dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih menekankan pada kemandirian dan imajinasi, terlepas dari keyakinan agama mereka? Bagaimana akses terhadap pendidikan dan sumber daya ekonomi mempengaruhi cara orang tua menerapkan nilai-nilai keagamaan dalam pengasuhan anak?
Penelitian ini perlu memperhitungkan faktor-faktor ini dalam analisis mereka untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana agama dan faktor sosial-ekonomi berinteraksi dalam membentuk nilai-nilai pengasuhan anak. Ini penting untuk memahami kompleksitas yang dihadapi oleh keluarga dalam mengintegrasikan keyakinan agama mereka dengan tuntutan kehidupan modern.
Kesimpulan
Penelitian ini memberikan wawasan yang signifikan tentang hubungan antara agama dan nilai-nilai pengasuhan anak di Turki, sebuah negara dengan mayoritas penduduk Muslim dan sejarah panjang sekularisme. Namun, untuk memahami sepenuhnya dinamika ini, diperlukan pendekatan yang lebih mendalam dan kontekstual yang mempertimbangkan variasi dalam interpretasi agama, pengaruh sekularisme, dan interaksi dengan faktor-faktor sosial-ekonomi.
Dari perspektif Studi Agama, penting untuk mengeksplorasi lebih lanjut bagaimana interpretasi teologis yang berbeda dalam Islam dapat mempengaruhi praktik pengasuhan anak, serta bagaimana perubahan sosial dan politik mempengaruhi penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian di masa depan harus fokus pada mengidentifikasi cara-cara di mana nilai-nilai tradisional dan modern dapat diintegrasikan dalam praktik pengasuhan anak, sehingga dapat mendukung perkembangan individu yang seimbang dalam konteks keyakinan agama yang kuat.
Dengan demikian, Studi Agama dapat memainkan peran penting dalam menganalisis dan mengembangkan pemahaman yang lebih kaya dan komprehensif tentang bagaimana agama mempengaruhi kehidupan keluarga dan pengasuhan anak di dunia yang terus berubah.
Referensi
Print Version